26 June 2011

Sajak Anak Muda

Assalamualaikum..

****

"Kita melihat kabur pribadi orang, 
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.
Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus, 
karena tidak diajar filsafat atau logika."
***

Tertarik aku pada bait-bait sajak di atas ini. Sajak ini karya W.S. Rendra yang telah dilampirkan dalam kertas kerja Dr.Haslinda Abdullah dalam satu Seminar Pendidikan Umat yang berlangsung semalam di USM.

Jika diteliti dan diamati, tersirat penuh makna dalam tiap baris sajaknya..Mari selami karya Pak W.S Rendra ini yang 3 muka surat karyanya dalam kertas kerja seminar yang aku dapat ni. Buat para pendidik khususnya, sajak ini amat bermakna buat kita...



Sajak Anak Muda


Kita adalah angkatan gagap 
yang diperanakkan oleh angkatan takabur. 
Kita kurang pendidikan resmi 
di dalam hal keadilan, 
karena tidak diajarkan berpolitik, 
dan tidak diajar dasar ilmu hukum
Kita melihat kabur pribadi orang, 
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.
Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus, 
karena tidak diajar filsafat atau logika.
Apakah kita tidak dimaksud 
untuk mengerti itu semua ? 
Apakah kita hanya dipersiapkan 
untuk menjadi alat saja ?
inilah gambaran rata-rata 
pemuda tamatan SLA, 
pemuda menjelang dewasa.
Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan. 
Bukan pertukaran pikiran.
Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan, 
dan bukan ilmu latihan menguraikan.
Dasar keadilan di dalam pergaulan, 
serta pengetahuan akan kelakuan manusia, 
sebagai kelompok atau sebagai pribadi, 
tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.
Kenyataan di dunia menjadi remang-remang. 
Gejala-gejala yang muncul lalu lalang, 
tidak bisa kita hubung-hubungkan. 
Kita marah pada diri sendiri 
Kita sebal terhadap masa depan. 
Lalu akhirnya, 
menikmati masa bodoh dan santai.
Di dalam kegagapan, 
kita hanya bisa membeli dan memakai 
tanpa bisa mencipta. 
Kita tidak bisa memimpin, 
tetapi hanya bisa berkuasa, 
persis seperti bapak-bapak kita.
Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat. 
Di sana anak-anak memang disiapkan 
Untuk menjadi alat dari industri. 
Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti. 
Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa ? 
Kita hanya menjadi alat birokrasi ! 
Dan birokrasi menjadi berlebihan 
tanpa kegunaan – 
menjadi benalu di dahan.
Gelap. Pandanganku gelap. 
Pendidikan tidak memberi pencerahan. 
Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan 
Gelap. Keluh kesahku gelap. 
Orang yang hidup di dalam pengangguran.
Apakah yang terjadi di sekitarku ini ? 
Karena tidak bisa kita tafsirkan, 
lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja.
Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini ? 
Apakah ini ? Apakah ini ? 
Ah, di dalam kemabukan, 
wajah berdarah 
akan terlihat sebagai bulan.
Mengapa harus kita terima hidup begini ? 
Seseorang berhak diberi ijazah dokter, 
dianggap sebagai orang terpelajar, 
tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan. 
Dan bila ada ada tirani merajalela, 
ia diam tidak bicara, 
kerjanya cuma menyuntik saja.
Bagaimana ? Apakah kita akan terus diam saja. 
Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum 
dianggap sebagi bendera-bendera upacara, 
sementara hukum dikhianati berulang kali.
Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi 
dianggap bunga plastik, 
sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi.
Kita berada di dalam pusaran tatawarna 
yang ajaib dan tidak terbaca. 
Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan. 
Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan. 
Dan bila luput, 
kita memukul dan mencakar 
ke arah udara
Kita adalah angkatan gagap. 
Yang diperanakan oleh angkatan kurangajar. 
Daya hidup telah diganti oleh nafsu. 
Pencerahan telah diganti oleh pembatasan. 
Kita adalah angkatan yang berbahaya.
(Pejambon, Jakarta, 23 Juni 1977 )
Karya: Pak Rendra (Biografi Pak Rendra - klik sini)

2 comments:

Sunah Sakura said...

bait2 katanya memang mendalam!

- pemilik tinta hati - said...

sunah: itu benar..

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...