Di bawah pohon rendang itu
Segalanya melakar lukisan pelangi
Indah belaka
Yang sepi jadi tak sunyi
Yang marah hilang amarah
Yang setia terus bahagia
Yang bahagia menjalin sentosa
Ingatkah lagi saat itu
Tatkala ayah mengajar si kecil
Tentang agungnya kuasa Ilahi
Menumpang redup di bawah pohonan itu
Menghirup bayu jelmaan Yang Esa
Si ibu leka mendodoi anak
Juga di pohon nan rendang itu
Alangkah besar nikmat Ilahi
Menyubur kasih di setiap hari
Terima kasih Ya Allah!
Sungguhku hargai saat itu
Masa kian berlalu
Pohon rendang itu masih di situ
Namun uzurnya sudah ada
Pohon yang kuat kian merebah
Daun yang lebat mula goyah
Akarnya mencengkam tiada taranya
Tanda sudah lama berlalu saat dulu itu
Tapi..begitulah pohon rendang itu
setia menunggu disitu
Tidak berganjak walau seinci
Menanti rebah tiap saat
Sunyinya suasana itu
Si ayah hilang menyepi
Sepi tiada pengunjung
Saban hari diulit rindu
Saban hari bersulam rundung
Kerna sangkanya sudah berlalu saat itu
Tiada lagi yang sudi bertemu
Hari sillih berganti
Petang itu, gerimis telah berlalu
Ditatapnya pelangi itu
Demi mengusir pilu
Namun ia seakan terdengar sesuatu
Sesuatu yang pernah dirasai dulu
Suara bahagia itu!
Ya..itulah suara yang dinanti
Aku begitu pasti
Meskipun usia dimamah senja
Mereka telah kembali
Bersama generasi baru
Pohon rendang itu mula segar
Hatinya kian menyubur sesubur tanah itu
Seakan tersenyum kembali
Melakar memori baru
No comments:
Post a Comment